MOTIVASI
1. Pengertian
Motivasi Belajar
Untuk memahami
tentang motivasi belajar, maka disini akan dikemukakan terlebih dahulu
pengetian dari motivasi dan belajar.
a.
Pengertian
Motivasi
Motivasi berasal dari kata “motif”. Kata
“motif” diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seorang untuk melakukan
sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya pengerak dari dalam dan di dalam
subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.
Motif menjadi aktif pada saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai
tujuan sangat dirasakan/mendesak (Sardiman A.M, 2000:71).
Marques yang dikutif oleh Mustakim dan
Abdul Wahab (1991:72) memberikan definisi motif adalah “suatu tujuan jiwa yang
mendorong individu untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu dan untuk
tujuan-tujuan tertentu terhadap situasi di sekitarnya”.
Melihat dari pendapat di atas, maka
terlihat ada persamaan yang jelas menunjukan pada maksud yang sama, bahwa motif
itu merupakan pendorong untuk melakukan sesuatu perbuatan atau aktifitas
tertentu. Dengan demikian motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang
telah menjadi aktif, yang dapat menyebabkan seseorang terdorong untuk bertindak
dan besikap dalam kondisi tertentu.
Untuk mendapatkan pengertian yang lebih
jelas lagi, baiklah kita lihat definisi yang dikemukakan oleh para ahli:
Rahman Natawijaya (1978:46) memberikan
pengertian motivasi sebagai berikut “Motivasi adalah suatu proses untuk
menggiatkan motif menjadi perbuatan atau tingkah laku yang mengatur tingkah
laku atau perbuatan untuk memuaskan kebutuhan atau pencapaian tujuan”.
Pengertian lain dikemukakan oleh
Sardiman A.M (2000:73):
“Motivasi dapat
dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondis-kondisi tertentu, sehingga
seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka
akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu”.
Kemudian Sardiman A.M juga mengutif pendapat
dari Mc. Donald, bahwa “Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang
yang ditandai dengan munculnya “feeling”,
dan didahului dengan adanya tanggapan dasar terhadap adanya tujuan”.
Sedangkan pendapat Sartain yang dikutif oleh Ngalim Purwanto (1987:70) dalam
bukunya Psikologi Pendidikan menggunakan kata motivasi dan drive untuk pengertian yang sama. Ia mengatakan sebagai berikut:
“Pada umumnya
suatu motivasi atau dorongan adalah suatu pernyataan yang kompleks dimana suatu
organisme yang mengarahkan tingkah laku pada suatu tujuan (goal) adalah yang menentukan membatasi tingkah laku organisme itu,
maka kita gunakan istilah perangsang (incentive).
Pengertian di atas dapat dikatakan
bahwa motivasi itu sebagai suatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan suatu
perubahan yang ada pada diri manusia, sehingga akan berhubungan dengan masalah
gejala kejiwaan, perasaan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan
sesuatu, semuanya didorong karena adanya tujuan, kebutuhan dan keinginan.
Motivasi adalah sebagai
pendorong/penggerak bagi semua kegiatan manusia penentu arah tujuan, yang
menunjang atau menyeleksi pembuatan-pembuatan yang harus dilakukan guna
mencapai tujuan serta menghindari dari perbuatan-perbuatan yang tidak berguna.
Menurut Donald, sebagaimana yang
dikutif oleh Oemar Hamalik, (1983:23) bahwa ‘motivasi adalah suatu perubahan
energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan
dan reaksi untuk mencapai tujuan.
Sedangkan Abin Syamsudin Makmun,
(2003:37) mengemukakan bahwa motivasi adalah:
“Suatu kekuatan (power) atau tenaga (forces)
atau daya (energi): atau suatu keadaan yang kompleks (a complex state) dan
kesiapsediaan (preparatory set) dalam
diri individu (organisme) untuk
bergerak kearah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak disadari”.
Dari beberapa pengertian diatas, akhirnya dapat dibedakan antara motif
dengan motivasi. Motif merupakan suatu dorongan, rangsangan atau pembangkit
tenaga bagi terjadinya suatu perbuatan. Sedangkan motivasi menunjuk kepada
seluruh proses gerakan termasuk situasi yang mendorong seseorang untuk berbuat
dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
Menurut Elida Prayitno
(1989:8) mendefinisikan:
“Motivasi dalam belajar tidak saja
merupakan siatu energi yang menggerakkan siswa untuk belajar, tetapi juga
sebagai suatu yang menggerakkan aktivitas siswa kepada tujuan belajar. Motivasi
sebagai suatu energi, pengarah dan memperkuat tingkah laku”.
Menurut Mukaram (2000:23) motivasi adalah:
1.
Kekuatan yang mengendalikan dan
menggerakkan seseorang untuk melakukan tindakan atau perilaku yang diarahkan
pada tujuan tertentu.
2.
Kekuatan yang mengerakkan
perilaku, memberi arah pada perilaku, dan mandasari kecenderungan untuk tetap
menunjukan perilaku tersebut.
3.
Faktor-faktor yang menyebabkan,
mengarahkan, dan perilaku seseorang.
Definisi
di atas menyatakan bahwa motivasi merupakan kemauan untuk mengerahkan upaya
yang besar kearah pencapaian tujuan, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya
untuk memuaskan sejumlah kebutuhan individu.
Menurut
Mc. Donald yang dikutip oleh Sardiman A.M (2000:70) motivasi mengandung tiga
elemen penting, antara lain:
1.
Bahwa motivasi itu mengawali
terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perkembangan
motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam sistem “neurophysiologikal” yang ada pada
organisme manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia),
penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.
2.
Motivasi ditandai dengan
munculnya rasa (feeling), afeksi
seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan,
afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.
3.
Motivasi akan dirangsang karena
adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari
suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia,
tetapi kemunculannya karena terangsang/terdorong oleh adanya unsur lain, dalam
hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan.
Bila
dikaitkan dengan pendapat Mc. Donald, motivasi merupakan keseluruhan kegiatan
yang menyangkut fisik dan afeksi seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang
berawal dari kebutuhan. Analoginya seperti seseorang yang ingin mencapai
prestasi belajar, maka dia akan berusaha dengan bekerja keras dalam belajar dan
merasa optimis agar tujuan tersebut dapat dicapai.
Akhirnya
berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat ditarik definisi secara umum
bahwa motivasi adalah keseluruhan daya penggerak yang telah teraplikasi dalam
kegiatan fisik dan afeksi (rasa) seseorang yang muncul karena ada kebutuhan
untuk mencapai tujuan tertentu yang diinginkannya.
b. Pengertian
Belajar
Setelah kita mengetahui pengertian
motivasi, selanjutnya kita kan membahas tentang arti belajar, yang dalam hal
ini terdapat keragaman pendapat dari para ahli dalam mendefinisikannya, namun
demikian tetap saja ada kesamaan dalam makna belajar itu sendiri, seperti yang
dikemukakan oleh Usman Efendi (1985:23) bahwa secara umum dan disingkat
“Belajar dapat diartikan sebagai salah satu proses perubahan keseluruhan
tingkah laku kognitif, afektif dan motorik secara integritas”.
Menurut Nasution (2000:34) pengertian
belajar itu dibagi menjadi dua bagian yaitu:
1.
Belajar adalah
perubahan-perubahan dalam sistem urat saraf. Belajar adalah pembentukan “S-R
Bond” atau hubungan-hubungan tertentu dalam sistem urat syaraf sebagai hasil
renpons-respons terhadap stimulus.
2.
Belajar adalah penambahan
pengetahuan.
3.
Belajar adalah perubahan kelakuan
berkat pengalaman dan latihan.
Pendapat lain dikemukakan oleh
Whiteringthon, sebagaimana yang dikutif oleh M. Surya (1985:23) bahwa:
“Belajar
adalah suatu perubahan dalam kepribadian, sebagaimana yang dimanisfetasikan
dalam penguasaan-penguasaan pola respon tingkah laku yang beru ternyata dalam
perbuatan terjadi perubahan, keterampilan, sikap kebiasaan, kesanggupan ataupun
pemahaman”.
Sedangkan menurut Slameto (1985:2) belajar adalah:
“Belajar
adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman
individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
Dengan demikian pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa belajar merupakan
suatu proses perubahan dalam tingkah laku yang dimanifestasikan dalam seluruh
aspek motoris, kognitif, dan afektif. Dan perubahan yang terjadi itu haruslah
bersifat menetap dalam diri individu sebagaimana pendapat Ngalim Purwanto
(1985:80) bahwa “ Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam
tingkah laku yang terjadi sebagaimana suatu hasil dari latihan atau
pengalaman”.
Pada setiap saat dalam kehidupan terjadi suatu proses pembelajaran,
disadari atau tiadak disadari proses belajar mengajar ini akan diperoleh hasil,
seperti yang dikatakan oleh Sardiman A.M (2000:23):
“Yang
dimaksud dengan belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan
membawa perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan itu tidak
hanya berkaitan dengan perubahan ilmu pengetahuan, tetapi juga kecakapan,
keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri.
Jelasnya menyangkut segala aspek tingkah laku seseorang”.
Menurut Rochman Natawijaya dan Moein Moesa (1992:75) ada beberapa ciri
belajar antara lain:
a.
Belajar menyebabkan perubahan
pada aspek-aspek kepribadian yang berfungsi terus-menerus. Contohnya, karena
belajar anak dapat membaca, dan arena membaca pengetahuan bertambah, karena
banyak mengetahui sesuatu anak menjadi percaya pada diri sendiri.
b.
Belajar adalah perbuatan sadar,
karena itu peristiwabelajar selalu mempunyai tujuan. Proses belajar di sekolah
selalu mempunyai tujuan. Proses belajar di sekolah selalu mempunyai arah secara
sadar, umpamanya guru membawa anak-anak belajar dengan tujuan tertentu.
c.
Belajar hanya terjadi melalui
pengalaman yang bersifat individual. Belajar hanya terjadi apabila dialami
sendiri oleh yang bersangkutan yang tidak digantikan oleh orang lain.
d.
Belajar menghasilkan perubahan
yang menyeluruh melibatkan keseluruhan tingkah laku yang mengintegrasikan semua
aspek-aspek yang terlibat di dalamnya, baik norma, fakta, sikap, pengetian,
kecakapan maupun keterampilan.
e.
Belajar adalah proses interaksi,
bukan sekedar proses penyerapan yang berlangsung tanpa usaha yang aktif dari
individu yang belajar. Apa yang diajarkan guru belum tentu menyebabkan
perubahan, apabila yang terjadi belajar tidak melibatkan diri dalam situasi
belajar mengajar. Perubahan akan terjadi apabila yang belajar mengadakan reaksi
terhadap situasi yang diciptakan.
f.
Perubahan tingkah laku
berlangsung dari yang paling sederhana sampai pada yang komplek. Pengenalan
tanda-tanda merupakan tingkah laku sederhana, sedangkan peranan norma merupakan
tingkah laku yang komplek
Pendapat di atas
merupakan ciri yang membedakan belajar dari kematangan, pertumbuhan atau
insting, dalam proses belajar terjadi perubahan yang disengaja, dan tidak
terjadi perubahan secara kebetulan, proses belajar yang baik berlangsung secara
efektif dibawah bimbingan pendidik, tanpa tekanan dan paksaan, karena belajar
pada dasarnya ditujukan oleh adanya perubahan tingkah laku melalui pengalaman
pribadi yang tidak disebabkan kematangan, pertumbuhan atau insting.
c. Pengertian Motivasi Belajar
Dalam hal belajar motivasi diartikan
sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa untuk melakukan serangkaian
kegiatan belajar guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Astuti, 2003).
Adapun Balnadi Sutadipura (1983:114),
mengemukakan bahwa motivasi belajar itu merupakan suatu proses, dimana proses
tersebut dapat:
1.
Membimbing
anak-anak didik kearah pengalaman-pengalaman, dimana kegiatan belajar itu dapat
berlangsung.
2.
Memberikan
kepada anak-anak didik kekuatan dan aktivitas serta memberikan kepadanya
kewaspadaan yang memadai.
3.
Pada suatu saat
mengarahkan perhatian mereka terhadap suatu tujuan.
2.
Tujuan
dan Fungsi Motivasi Belajar
Motivasi
bertujuan untuk menggerakkan atau mengugah seseorang agar timbul keinginan dan
kemauan untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai
sesuatu yang diharapkan.
Ada
tiga fungsi motivasi belajar seperti yang diuraikan Sardiman A.M (2000:83)
yaitu:
1.
Mendorong siswa
untuk berbuat. Jadi sebagai penggerak atau motor penggerak dari setiap kegiatan
yang akan dikerjakan.
2.
Menentukan arah
perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai, dengan demikian motivasi
dapat memberikan arah dari kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan
tujuan.
3.
Menyeleksi
perbuatan, yakni menentukan perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi
guna mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi
tujuan tersebut.
Dari pendapat yang dikemukakan di atas,
motivasi itu sangat berfungsi bagi perbuatan seseorang, karena motivasi itu
mendorong seseorang untuk berbuat atau bertindak. Dalam hal ini motivasi
berfungsi sebagai motor penggerak yang memberi kekuatan kepada seseorang untuk
melakukan suatu tugas, diantaranya:
1.
Menentukan arah
perbuatan yaitu kearah perwujudan suatu tujuan atau cita-cita. Motivasi dapat
mencegah dari penyelewengan dari jalan yang harus ditempuh untuk mencapai
tujuan itu.
2.
Menyeleksi
perbuatan kita artinya menetukan perbuatan mana yang harus dilakukan, yang
serasi guna mencapai tujuan itu dengan menyampingkan perbuatan yang tidak
bermanfaat bagi tujuan itu. Seseorang yang betul-betul bertekad menang dalam
pertandingan, tak akan mengahabiskan waktunya hanya untuk bermain kartu, sebab
tidak serasi dengan tujuan.
Dibalik setiap
perbuatan seseorang senantiasa didasari oleh suatu motivasi yang mendorong
sehingga ia berperilaku, umpamanya saja ia belajar. Makin tepat motivasi yang
diberikan makin memungkinkan keberhasilan belajar akan semakin besar. Motivasi
merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual, dalam hal ini berperan
untuk pertumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar.
Sugeng Pranoto (1981:7)
mengemukakan beberapa fungsi motivasi dalam proses belajar mengajar, yaitu
sebagai berikut:
a.
Menyediakan kondisi yang optimal
bagi terjadinya belajar.
b.
Menggiatkan kembali semangat
belajar siswa.
c.
Menimbulkan/menggugah minat siswa
agar mau belajar.
d.
Mengikat perhatian siswa agar mau
dan menemukan serta memilih jalan atau tingkah laku yang sesuai untuk mendukung
pencapaian tujuan belajar maupun tujuan hidup janngka panjang.
Motivasi
itu mendorong tingkah laku dan mempengaruhi serta mengubah tingkah laku.
Menurut Oemar Hamalik (2001:108) fungsi motivasi adalah:
a.
Mendorong timbulnya tingkah laku
atau perbuatan. Tanpa motivasi tidak akan timbul suatu perbuatan (belajar).
b.
Motivasi berfungsi sebagai
pengarah, artinya mengarahkan perbuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
c.
Motivasi berfungsi sebgai
penggerak, artinya mengerakkan tingkah laku seseorang. Besar kecilnya motivasi
akan menentukan capat atau lambatnya suatu pekerjaan.
Sedangkan
Nasution (1986:79-80) mengemukakan beberapa fungsi motivasi, antara lain:
a.
Mendorong manusia untuk berbuat,
jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi.
b.
Menentukan arah perbuatan, yakni
kearah tujuan yang hendak dicapai.
c.
Menseleksi perbuatan, yakni
menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dijalankan yang serasi guna
mancapai tujuan itu dengan mengesampingkan perbuatan-perbuatan yang tidak
bermanfaatbagi tujuan itu.
Dari pendapat di atas
dapat ditarik kesimpulan, bahwa motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong,
penentu arah serta menetukan perbuatan-perbuatan yang harus dijalankan guna
pencapaian tujuan yang diinginkan. Yang artinya:
“(Bukan demikian), yang benar, barang siapa yang berbuat dosa dan ia telah
diliputi oleh dosanya, mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.
Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni syurga,
mereka kekal di dalamnya”.
Berdasarkan
pada ayat tersebut di atas, maka jelaslah bahwa Islam pun memberikan suatu
janji bagi penganut-Nya yang sanggup mencapai derajat tertinggi di sisi Allah
SWT dengan imbalan syurga. Juga sebaliknya bagi penganut-Nya yang berbuat dosa
maka imbalannya neraka. Janji dan ancaman itulah yang dijadikan motivasi bagi
umat Islam untuk selalu menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala
larangan-Nya.
3.
Prinsip-prinsip
Motivasi Belajar
Sementara
E. Mulyana (2002:45) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa prinsip yang dapat
diterapkan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, diantaranya:
a.
Siswa akan belajar lebih giat
apabila topik yang dipelajari menarik dan berguna bagi dirinya.
b.
Tujuan pembelajaran harus disusun
dengan jelas dan diinformasikan kepada siswa sehingga mereka mengetahui tujuan
pembelajaran.
c.
Siswa harus selalu diberi tahu
tentang hasil belajarnya.
d.
Pemberian pujian dan hadiah lebih
baik daripada hukuman, namun sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan.
e.
Memanfaatkan sikap-sikap dan rasa
ingin tahu siswa.
f.
Usahakan untuk memperhatikan
individual siswa.
g.
Usahakan untuk memenuhi kebutuhan
siswa.
Selanjutnya, Oemar Hamalik (2001:67-68)
memaparkan beberapa prinsip yang dapat digunakan oleh guru dalam rangka
memotivasi siswa agar belajar, antara lain:
a.
Prinsip kebermaknaan; siswa
termotivasi untuk mempelajari hal-hal yang bermakna baginya.
b.
Presyarat; siswa lebih suka
mempelajari sesuatu yang baru jika ia memiliki pengalaman prasyarat
(perkuisit).
c.
Model; siswa lebih suka
memperoleh tingkah laku baru bila disajikan dengan suatu model prilaku yang
dapat diamati dan ditiru.
d.
Komunikasi terbuka; siswa lebih
suka belajar bila penyajian ditata agar pesan-pesan guru terbuka terhadap
siswa.
e.
Daya tarik; siswa lebih suka
belajar bila perhatiannya tertarik oleh penyajian yang menyenangkan/menarik.
f.
Aktif dalam latihan; siswa lebih
senang belajar bila dia dapat berperan aktif dalam latihan/praktek dalam upaya
mencapai tujuan pembelajaran.
g.
Latihan yang terbagi; siswa lebih
suka belajar bila latihan-latihan dilaksanakan dalam jangka waktu yang pendek.
h.
Tekanan intruksional; siswa lebih
suka belajar bila tekanan/kewajiban dalam pengajaran dimulai dari yang kuat
tetapi lambat lambat laun semakin melemah.
i.
Keadaan yang menyenangkan; siswa
lebih suka belajar terus bila kondisi-kondisi pembelajaran menyenangkan
baginya.
Kenneth
H. Hover (Oemar Hamalik, 2001:114) mengemukakan prinsip-prinsip motivasi belajar sebagai berikut:
a.
Pujian lebih efektif daripada
hukuman. Hukuman bersifat menghentikan suatu perbuatan, sedangkan pujian
berifat menghargai apa yang telah dilakukan. Karena itu, pujian lebih efekti
dalam upaya mendorong motivasi belajar siswa.
b.
Para siswa mempunyai kebutuhan
psikologis (yang bersifat dasar) yang perlu mendapat kepuasan. Siswa yang dapat
memenuhi kebutuhannya secara efektif melalui kegiatan-kegiatan belajar hanya
memerlukan sedikit bantuan dalam motivasi belajar.
c.
Motivasi yang bersumber dari
dalam individu lebih efektif daripada motivasi yang berasal dari luar.
d.
Tingkah laku (perbuatan) yang
serasi (sesuai dengan keinginan) perlu dilakukan penguatan (reinforcement).
e.
Motivasi mudah menjalar ke orang
lain.
f.
Pemahaman yang jelas terhadap
tujuan-tujuan akan merangsang motivasi belajar.
g.
Tugas-tugas yang dibebankan oleh
diri sendiri akan menimbulkan minat yang lebih besar untuk melaksanakannya
daripada tugas-tugas yang dipaksakan dari luar.
h.
Ganjaran yang berasal dari luar
kadang-kadang diperlukan dan cukup efektif untuk merangsang minat belajar.
i.
Teknik dan prosedur pembelajaran
yang bervariasi adalah efektif untuk merangsang minat siswa.
j.
Minat khusus yang dimiliki oleh
siswa bermanfaat dalam belajar dan pembelajaran.
k.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan
untuk merangsang minat belajar siswa, bagi siswa yang lamban, ternyata tidak
bermakna bagi siswa yang pandai, karena adanya perbedaan tingkat kemampuan.
l.
Kecemasan dan frustasi yang lemah
kadang-kadang dapat membantu siswa belajar menjadi lebih baik.
m.
Kecemasan yang serius akan
menyebabkan kesulitan belajar dan mengganggu perbuatan belajar siswa, karena
perhatiannya terarah pada hal lain.
n.
Tugas-tugas yang terlampau sulit
dikerjakan dapat menyebabkan frustasi pada siswa, bahkan dapat mengakibatkan
demoralisasi dalam belajar, yakni perbuatan yang tidak baik.
o.
Masing-masing siswa memiliki
kadar emosi yang berbeda satu dengan yang lainnya.
p.
Pengaruh kelompok umumnya lebih
efektif dalam motivasi belajar dibandingakan dengan paksaan orang dewasa.
q.
Motivasi yang kuat erat
hubunngannya dengan kreativitas. Dengan strategi pembelajaran tertentu,
motivasi belajar dapat ditujukan kearah kegiatan-kegiatan kreatif.
Prinsip-prinsip
motivasi belajar tersebut merupakan suatu pedoman bagi guru dalam membelajarkan
siswa. Walaupun motivasi intrinsik lebih efektif daripada motivasi ekstrinsik,
namun guru dalam hal ini tentu juga harus berusaha menciptakan suasana pembelajaran
yang menyenangkan dan sesuai dengan kebutuhan siswa. Karena tidak semua siswa
memiliki motivasi yang timbul dari dalam lebih kuat dibandingkan dengan
motivasi yang timbul dari pengaruh luar, dimana ada beberapa siswa yang ketika
belajar harus diberi stimulus dan penguatan terlebih dahulu.
4. Macam-Macam
Motivasi
Berbicara macam atau jenis motivasi
belajar, Sardiman A.M (2000:87-88) menyatakan bahwa dilihat dari sudut asalnya
motivasi dibagi menjadi dua yaitu:
a. Motivasi
Intrinsik
Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik
adalah motivasi atau motif-motif yang menjadi aktif memotivasinya tidak perlu
dirangsang dari luar, karena pada diri individu sudah ada dorongan untuk
melakukan sesuatu. Sebagai contoh, seseorang membaca, tidak ada yang menyuruh
atau mendoronganya, ia sudah rajin mencari buku-buku untuk dibacanya.
Menurut Elida Prayitno (1989:10)
berpendapat bahwa:
“Motivasi
Intrinsik adalah keinginan bertindak yang disebabkan faktor pendorong dari
dalam diri (internal) individu. Tingkah laku terjadi tanpa dipengaruhi oleh
faktor-faktor dari lingkungan. Individu bertingkah laku karena mendapatkan
energi dan pengaruh tingkah laku yang tidak dapat kita lihat sumbernya dari
luar. Atau dengan kata lain individu terdorong untuk bertingkah laku kearah
tujuan tertentu tanpa adanya faktor dari luar”.
Sri Hapsari (2005:120)
mengungkapkan bahwa “motivasi intrinsik
sering juga disebut motivasi murni, motivasi yang sebenarnya, yang timbul dari
dalam diri anak sendiri, misalnya keinginan untuk mendapatkan keterampilan
tertentu, menyenangi sesuatu, memperoleh informasi dan pengertian”.
Pendapat diatas beranggapan bahwa
motivasi intrinsik dalam belajar adalah sebagai bentuk motivasi belajar yang
didorong oleh kesadaran dari diri sendiri dengan tujuan secara esensial, bukan
sekedar simbol dan sensasional.
Berkenaan dengan motivasi intrinsik,
yang memiliki peranan penting adalah siswa itu sendiri dimana siswa dituntut
agar dapat menumbuhkan dan mengembangkan motivasi yang ada dalam dirinya.
Perlu diketahui bahwa siswa yang
memiliki motivasi intrinsik akan memiliki tujuan. Seperti yang dikemukakan oleh
Sardiman A.M (2000:90) bahwa:
“Siswa yang
memiliki motivasi intrinsik akan memiliki tujuan, yaitu menjadi orang yang
terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tertentu.
Satu-satunya jalan untuk menuju ke tujuan yang ingin dicapai ialah belajar,
tanpa belajar tidak mungkin mendapat pengetahuan, tidak mungkin menjadi ahli.
Dorongan yang menggerakkan itu bersumber pada suatu kebutuhan, kebutuhan yang berisikan
keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan”.
Tujuan juga menentukan seberapa aktif
individu akan bertingkah laku. Sebab, selain ditentukan oleh motif dasar,
tingkah laku juga ditentukan oleh keadaan dari tujuan. Jadi suatu tujuan dapat
menyebabkan timbulnya motivasi.
Persoalan motivasi ini, dapat juga
dikaitkan dengan persoalan minat. Menurut Alex Sobur (2003: 246) menjelaskan
bawa “Minat berarti kecenderungan atau
kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu”. Minat
sangat memengaruhi motivasi belajar siswa. Sekalipun siswa itu mampu
mempelajari sesuatu, tetapi bila tidak mempunyai minat, ia tidak akan mengikuti
proses belajar.
Siswa yang memiliki motivasi yang tinggi
dalam belajar akan menampakkan minat yang besar dan perhatian penuh terhadap
tugas-tugas belajar. Mereka memusatkan sebanyak mungkin energi fisik atau
psikis terhadap kegiatan tanpa mengenal perasaan bosan atau menyerah. Siswa
dengan motivasi yang rendah menampakkan keengganan, cepat bosan dan berusaha
untuk menghindari dari kegiatan belajar (Ellida, 1989:10).
Semakin jelas bahwa suatu kegiatan akan
berjalan dengan lancar apabila ada minat, atau motivasi itu akan bangkit jika
ada minat yang besar pada diri siswa tersebut.
b. Motivasi
Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif
yang aktif dan fungsinya karena ada perangsang dari luar, sebagai contoh,
misalkan di sekolah seorang siswa giat belajar karena ia mendapatkan dorongan
dan dukungan dari gurunya.
Kekuatan-kekuatan yang
mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu pada dasarnya dirangsang oleh adanya berbagai macam kebutuhan dan atau
keinginan yang hendak dipenuhi, seperti kebutuhan mempelajari suatu materi
pelajaran.
Motivasi menentukan tingkat berhasil atau kegagalan perbuatan belajar
siswa. Untuk itu, salah satu yang mempengaruhi keberhasilan belajar yaitu
lingkungan keluarga. Menurut M. Mursyid dalam situs http://m.mursyid/pw's/blog.htm, menyatakan
bahwa :
“Faktor
lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan lingkungan pertama dan utama dalam
menentukan keberhasilan belajar seseorang. Suasana lingkungan rumah yang tenang
dan damai dan adanya perhatian orang tua terhadap perkembangan belajar
anak-anaknya akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa”.
Dengan demikian dapatlah dikatakan, bahwa faktor yang dapat mempengaruhi
keadaan motivasi seseorang adalah terdapat dilingkungan dimana individu
tersebut berinteraksi di dalam kegiatan belajar, motivasi ekstrinsik ini
merupakan suatu bentuk motivasi, yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai
dengan diterapkan berdasarkan dorongan, dari luar yang tidak secara mutlak
berkaitan dengan aktivitas belajar.
Selanjutnya sardiman
A.M (2000:90) menjelaskan bahwa:
“Di dalam kegiatan
belajar mengajar peranan motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik, sangat
diperlukan bagi para pelajar yang dapat membangkitkan dan mengembangkan
aktivitas dan inisiatif tanpa mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam
melakukan kegiatan belajar”.
Raymond
dan Judith (2004:24) mengungkapkan
pengaruh utama dalam motivasi belajar seorang anak yaitu
1.
Keluarga. Orang tua memberi
pengaruh utama dalam memotivasi belajar seorang anak. Pengaruh mereka terhadap
perkembangan motivasi belajar anak-anak memeberi pengaruh yang sangat kuat
dalam setiap perkembangannya dan akan terus berlanjut sampai habis masa SMA dan
sesudahnya.
2.
Sekolah. Ketika sampai pada
motivasi belajar, para gurulah yang membuat sebuah perbedaan. Dalam banyak hal
mereka tidak sekuat seperti orang tua. Tetapi mereka bisa membuat kehidupan
sekolah mnjadi menyenangkan atau menarik. Dan kita bisa mengingat seorang guru
yang memenuhi ruang kelas dengan kegembiraan dan harapan serta membukakan
pintu-pintu kita untuk menemukan pengetahuan yang mengagumkan.
Faktor lain yang mempengaruhi motivasi belajar, yaitu faktor teman
bargaul. Menurut Rahmat, bahwa “Lingkungan
antar teman pun besar pengaruhnya. Apa yang dikatakan guru tidak lagi menjadi
satu-satunya ukuran meskipun guru itu disegani. Ajakan-ajakan dari teman itu
lebih berpengaruh. Tidak sedikit para siswa yang melakukan perbuatan asusila,
seperti halnya merokok, minuman keras, hingga narkoba”.
Belajar mempunyai arti bukan hanya berlangsung di dalam ruangan tertentu
(kelas) dan pada saat tertentu pula, melainkan harus berlangsung terus di luar
tempat yang formal, misalnya berlanjut dilingkungan keluarga dan masyarakat.
Dalam hal ini maka peranan keluarga menjadi penting. Menurut Sri Hapsari
(2005:104) bahwa keluarga atau orang tua khususnya harus mampu mempertahankan
atau bahkan memotivasi belajar anak, dengan cara:
1.
Orang tua harus mampu menciptakan
situasi dan kondisi belajar di rumah pada waktu-waktu belajar yang telah
ditentukan.
2.
Peserta didik tidak terlalu
dibebani oleh hal-hal atau tugas-tugas yang justru menimbulkan keletihan
jasmani atau hilangnya minat belajar.
3.
Orang tua harus selalu
memperhatikan anaknya dalam arti luas seperti kondisi fisik, hubungan dengan
saudara atau teman sebaya, dan lingkungan disekitar tempat tinggal.
Selain faktor-faktor di atas, seorang
guru berperan untuk senantiasa menimbulkan, memelihara, dan meningkatkan
motivasi siswa untuk belajar. Dalam hubungan ini, guru mempunyai peranan
sebagai motivator keseluruhan kegiatan belajar siswa. Berkenaan dengan hal
tersebut M. Surya (2004:54) mengemukakan bahwa sebagai motivator belajar guru
harus mampu untuk:
1.
Membangkitkan dorongan siswa
untuk belajar.
2.
Menjelaskan secara kongkrit
kepada siswa apa yang dapat dilakukan pada akhir pengajaran.
3.
Memberikan ganjaran untuk
prestasi yang dicapai dikemudian hari.
4.
Membuat regulasi (aturan)
perilaku siswa.
Membangkitkan motivasi siswa bukanlah
sesuatu masalah yang mudah, karena itu selain orang tua, seorang guru pun
haruslah bersikap hati-hati dalam menumbuhkan dan memberikan motivasi bagi para
siswanya, untuk itu seorang guru harus mengenali dan memahami murid-muridnya.
Dalam upaya membangkitkan motivasi siswa
guru memiliki peranan yang sangat strategis. Betapa tidak, guru merupakan
insan-insan pendidikan yang paling dekat dengan siswa. Keberadaan guru tidak
dapat dipisahkan dari sebuah proses pendidikan. Kehadiran sosok seorang guru
dengan segala karakteristik kepribadiannya berpengaruh terhadap peningkatan
motivasi belajar.
Terdapat hubungan antara kepribadian
guru dengan siswa, dimana siswa seringakali menjadikan kepribadian pada diri
guru sebagai model yang mereka ikuti, karena itu guru tidak saja dapat berperan
sebagai pendidik, tetapi juga ia mampu berperan sebagai pengganti orang tua
siswa. Guru juga dalam upaya menumbuhkan motivasi pada diri siswa hendaknya
dapat melakukan suatu proses pendidikan yang didasarkan oleh rasa kasih sayang
dan optimisme.
Ada beberapa bentuk dan cara untuk
menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah, seperti yang
dikemukakan oleh Sardiman A.M (2000:90) yaitu:
“Memberikan
angka hadiah, saingan/kompetisi, egoinvolment,
memberikan ulangan, mengetahui ulangan, pujian, hukuman, hasrat untuk belajar,
minat kerjasama, suasana yang menyenangkan, tujuan yang diakui, merupakan
bentuk-bentuk motivasi yang dapat meningkatkan motivasi belajar para siswa”.
Demikian bentuk-bentuk
motivasi disekolah yang dapat menumbuhkan motivasi siswa dalam
kegiatan-kegiatan di sekolah, walaupun dalam kegiatan itu, perlu diketahui cara
dan jenis menumbuhkan motivasi ada bermacam-macam. Tetapi untuk motivasi
ekstrinsik, kadang-kadang bisa kurang sesuai. Dalam hal ini guru harus
berhati-hati dalam menumbuhkan dan memberi motivasi bagi kegiatan para siswa.
Sebab mungkin maksudnya memberi motivasi, tetapi justru tidak menguntungkan
bagi perkembangan belajar siswa.
Disamping bentuk-bentuk motivasi sebagaimana
yang telah diuraikan di atas, sudah tentu masih banyak lagi bentuk dan cara
yang dapat dimanfaatkan. Hanya yang penting bagi guru dengan adanya
bermacam-macam motivasi itu dapat dikembangkan dan diarahkan untuk dapat
melahirkan hasil belajar yang bermakna. Mungkin pada mulanya karena ada sesuatu
(bentuk motivasi) siswa itu rajin belajar, tetapi disini guru harus mampu
melanjutkan dari tahap rajin belajar itu bisa diarahkan menjadi kegiatan yang
bermakna, sehingga hasilnya pun akan bermakna bagi kehidupan siswa, untuk itu
kerjasama antara guru dan siswa sangat diperlukan.
Dari uraian di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran motivasi belajar siswa dapat
dikatakan sebagai suatu yang penting, tetapi juga merupakan sesuatu yang sulit.
Motivasi dikatakan sebagai sesuatu yang penting karena peran seorang guru
terhadap siswanya. Guru mau tidak mau dituntut dapat memberi dan mengarahkan
serta membina pengetahuan, keterampilan dan sikap siswa yang positif kearah
kemajuan. Sedangkan dikatakan sebagai sesuatu yang sulit karena motivasi
sendiri tidak bisa diamati dan diukur secara pasti. Untuk mengukur motivasi
berarti harus mengkaji lebih jauh perilaku masing-masing siswa. Dengan demikian
kita dapat mengetahui motivasi seseorang dari tingkah laku yang diperankannya,
walaupun pada hakekatnya tidak semudah apa yang kita harapakan, mengingat
banyak faktor yang melatarbelakangi mengapa seseorang berbuat sesuatu.
Menurut Halimah (1997:34) seseorang
pendidik dalam melaksanakan kegiatan mengajar, hendaknya melihat beberapa
faktor berikut:
1.
Pendidik sebagai sumber
pengalaman tingkah laku sekaligus sebagai objek perhatian siswa harus:
a.
Mengetahui kewibawaan dan
kepribadian yang kuat dan menarik.
b.
Menunujukan minat yang besar
terhadap isi pelajaran yang disampaikan yang mampu memilih perangkat belajar
atau menciptakan situasi belajar yang mampu membangkitkan motif belajar.
2.
Siswa adalah individu yang akan
mengalami tingkah laku tertentu dan sekaligus subjek yang memperhatikan. Maka
pendidik perlu mengenal jenis dan tingkat kebutuhan bagi usaha memotivasinya,
seperti:
a.
Motif belajar siswa
b.
Minat belajar yang tumbuh pada
diri siswa
c.
Insentif yang perlu diberikan
kepada siswa, serta
d.
Motif-motif lain yang ada pada
diri siswa seperti motif ingin rasa aman, ingin kasih sayang, dan seterusnya.
Makin jelaslah bahwa
seorang guru harus dapat memainkan peran yang tepat, guna mencapai tujuan
pendidikan. Disini gurupun harus senantiasa memiliki motivasi yang kuat,
sehingga dapat membantu proses perkembangan siswa.
Dalam melaksanakan pembelajaran sering
kali dijumpai tidak adanya motivasi internal pada diri siswa, maka peranan guru
atau pendidik dalam menimbulkan motivasi eksternal menjadi sangat penting.
Seperti yang telah dikemukakan di atas
guru memegang peran yang amat sentral dalam keseluruhan proses belajar
mengajar. Guru dituntut harus mampu mewujudkan perilaku mengajar secara tepat
agar menjadi perilaku belajar yang efektif dalam diri siswa, di samping itu,
guru dituntut pula untuk mampu menciptakan situasi belajar-mengajar yang
kondusif, sehingga siswa termotivasi untuk belajar. Dalam hal ini, guru
memegang peranan yang amat penting dalam menciptakan suasana belajar-mengajar
yang sebaik-baiknya.
Sedangkan
faktor dari luar diri siswa yang dapat mempengaruhi motivasi belajar adalah
faktor metode pembelajaran. Selain siswa, unsur terpenting yang ada dalam
kegiatan pembelajaran adalah guru. Guru sebagai pengajar yang memberikan ilmu
pengetahuan sekaligus pendidik yang mengajarkan nilai-nilai, akhlak, moral
maupun sosial dan untuk menjalankan peran tersebut seorang guru dituntut untuk
memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas yang nantinya akan diajarkan kepada
siswa. Seorang guru dalam menyampaikan materi perlu memilih metode mana yang
sesuai dengan keadaan kelas atau siswa sehingga siswa merasa tertarik untuk
mengikuti pelajaran yang diajarkan. Dengan variasi metode dapat meningkatkan
kegiatan belajar siswa (Slameto,2003:96).
Sarana belajar juga dianggap sebagai salah satu
prasyarat motivasi belajar, meskipun bukan menjadi suatu ukuran mutlak untuk
perwujudan peningkatan motivasi belajar. Tentu saja, sarana fisik dapat berguna
bagi peningkatan motivasi belajar, apabila dimanfaatkan secara efektif (http://episentrum.com/artikel-psikologi).
Motivasi
belajar dapat mempengaruhi kelancaran proses belajar mengajar. Adapun faktor
kelas yang merupakan tempat belajar mempunyai pengaruh penting terhadap
berhasil tidaknya proses belajar. Abdul Majid (2008:167-168), menyatakan bahwa:
a.
Ruang
tempat belajar yang memungkinkan semua siswa bergerak leluasa tidak
berdesak-desakan dan tidak saling mengganggu antar siswa yang satu dengan yang
lainnya akan mempengaruhi kelancaran proses belajar mengajar.
b.
Pengaturan
tempat duduk akan mempengaruhi kelancaran proses belajar mengajar.
c.
Suhu,
ventilasi dan penerangan (kendati pun guru sulit mengatur karena sudah ada)
adalah aset penting untuk terciptanya suasana belajar yang nyaman. Oleh karena
itu ventilasi harus cukup menjamin kesehatan sisiwa.
Motivasi belajar mempengaruhi proses dan hasil
belajar. Dengan demikian, menurut Alisuf Sabri (2003:59-60) bahwa, “faktor instrumental ini terdiri dari
gedung/sarana fisik kelas, sarana/alat pengajaran, media pengajaran, guru dan kurikulum/materi
pelajaran serta strategi belajar mengajar yang digunakan akan mempengaruhi
proses dan hasil belajar siswa”.
5. Teknik
Membangkitkan Motivasi Belajar
Demikian pentingnya motivasi belajar,
menurut Crow & Crow yang dikutif oleh Tabrani Rusyan (1992:121) ternyata
aktivitas belajar itu harus diberi motivasi dengan berbagai cara sehingga
motivasi yang dipentingkan dalam belajar itu dibangun dan didorong oleh
motivasi yang telah ada pada diri anak. Karena itulah diharapkan guru ataupun
orang tua dapat membangkitkan motivasi belajar dalam diri siswa atau
putra-putrinya. Dalam perwujudannya menurut Gagne dan Berkner (Slameto,
1987:179) upaya meningkatkan motivasi belajar itu meliputi:
a.
Menggunakan pujian verbal, yaitu
suatu pujian yang diungkapkan dengan kata-kata dan diucapkan segera setelah
siswa melakukan tingkah laku yang diinginkan. Contohnya, apabila siswa yang
sukses atau berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, perlu diberikan pujian.
Misalnya dengan kata-kata “baik”, “bagus” dan sebagainya.
b.
Menggunakan tes dan nilai secara
bijaksana. Tes dan nilai ini diberikan dengan tujuan untuk memberikan informasi
mengenai penguasaan dan kemajuan yang telah dicapai oleh siswa tersebut.
c.
Membangkitkan rasa ingin tahu
siswa terhadap suatu masalah, sehingga terdapat motivasi pada siswa untuk
memecahkan masalah tersebut.
d.
Merangsang hasrat siswa dengan
jalan memberikan hadiah apabila ia berusaha menjawab pertanyaan dengan benar.
e.
Memperkecil
konsekuensi-konsekuensi yang tidak menyenangkan keterlibatan siswa, contohnya
hindari menyuruh siswa mempelajari materi yang terlalu sulit bagi tingkat
kemampuannya.
f.
Menggunakan simulasi dan
permainan.
g.
Melibatkan siswa dalam menyusun
kegiatan yang positif. Contohnya, menyuruh salah seorang siswa untuk mengikuti
perlombaan karya ilmiah, pameran dan lain-lain sehingga teman-teman yang lain
berusaha mencontohnya.
Adapun menurut Astuti (2003:75-76) bahwa
ada beberapa usaha yang dilakukan oleh orang tua untuk meningkatkan motivasi
belajar, diantaranya:
a.
Mengontrol perkembangan belajar
anak. Orang tua perlu menyediakan waktu untuk mengontrol kegiatan anak.
b.
Mengungkap harapan-harapan yang
realistis terhadap anak
c.
Menanamkan pemahaman agama yang
baik khususnya yang terkait dengan motivasi
d.
Melatih anak untuk memecahkan
masalahnya sendiri, orang tua melakukan pembimbingan seperlunya
e.
Tanyakanlah keinginan dan cita-cita
mereka. Berikan dukungan terhadap keingginan dan cita-cita mereka. Arahkan
mereka untuk meraih cita-cita itu dengan benar.
f.
Menggunakan hasil evaluasi yang
diberikan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar selanjutnya.
Selanjutnya Dede Mas’udah
dan Saruri (1990: 141) mengemukakan beberapa upaya meningkatkan motivasi
belajar sebagai berikut:
a.
Menyadarkan siswa akan ada suatu
kebutuhan yang mendesak.
b.
Mengingatkan kembali kepada siswa
tentang keberhasilan-keberhasilan dan kegagalan-kegagalannya dimasa lampau.
c.
Mengingatkan siswa keberuntungan
yang akan diperoleh apabila melakukan sesuatu, dan sebaliknya kegagalan yang
akan dihadapi apabila sesuatu itu tidak dilakukannya.
d.
Memberikan kesempatan dan
fasilitas yang diperlukan individu dalam meraih kesuksesannya, sehingga
menimbulkan rasa puas.
e.
Membangkitkan rasa percaya diri
bahwa ia mampu untuk melakukan apa yang mesti diperbuat.
f.
Memberikan bantuan seperlunya apa
yang dibutuhkannya dengan tidak berlebihan dalam pelaksanaan tugas.
g.
Mengupayakan agar siswa terhindar
dari rasa cemas dan frustasi.
6.
Faktor-Faktor
Penyebab Kurangnya Motivasi Belajar
Faktor-faktor
yang mempengaruhi motivasi belajar menurut Hamzah Uno (2007:23), yaitu:
Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan
keinginan, berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita.
Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar
yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik.
Adapun di dalam situs http://sekolah.blogspot.com, penyebab
kurangnya motivasi belajar siswa, antara lain:
a.
Faktor-faktor
internal (faktor-faktor yang berada pada diri murid itu sendiri), antara lain:
1
Gangguan secara fisik, seperti
kurang berfungsinya organ-organ perasaan, alat bicara, gangguan panca indera,
cacat tubuh, serta penyakit menahun.
2
Ketidakseimbangan mental (adanya
gangguan dalam fungsi mental), seperti menampakkan kurangnya kemampuan mental,
taraf kecerdasan cenderung kurang.
3
Kelemahan emosional, seperti
merasa tidak aman, kurang bisa menyusuaikan diri (maladjusment), tercekam rasa
takut, benci dan antipati, serta ketidak matangan emosi.
4
Kelemahan yang disebabkan oleh
kebiasaan dan sikap yang salah, sperti kurang perhatian dan minat terhadap
pelajaran sekolah malas dalam belajar, dansering bolos atau tidak mengikuti
pelajaran.
b.
Faktor-faktor
eksternal (faktor-faktor yang timbul dari luar diri individu), yaitu berasal
dari:
1. Sekolah,
antara lain:
· Sifat
kurikulum yang kurang fleksibel
· Terlalu
berat beban belajar (murid) dan untuk mengajar (guru)
· Metode
mengajar yang kurang memadai
· Kurangnya
alat dan sumber untuk kegiatan belajar.
2. Keluarga
(rumah), antara lain:
· Keluarga tidak
utuh atau kurang harmonis
· Sikap orang
tua yang tidak memperhatikan pendidikan anaknya
· Keadaan
ekonomi.
Selain
itu, faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya motivasi belajar siswa
diantaranya adalah sebagai berikut:
1.
Metode mengajar guru. Metode dan
cara-cara mengajar guru yang monoton dan
tidak menyenangkan akan mempengaruhi motivasi belajar siswa.
2.
Tujuan kurikulum dan pengajaran
yang tidak jelas.
3.
Tidak adanya relevansi kurikulum
dengan kebutuhan dan minat siswa.
4.
Latar belakang ekonomi dan social
budaya siswa: Sebagian besar siswa yang berekonomi lemah tidak mempunyai motivasi
yang kuat untuk belajar dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Contohnya siswa
yang berasal dari pesisir pantai misalnya lebih memilih langsung bekerja melaut
dari pada bersekolah.
5.
Kemajuan teknologi dan informasi.
Siswa hanya memanfaatkan produk teknologi dan informasi untuk memuaskan
kebutuhan kesenangan saja.
6.
Merasa kurang mampu terhadap mata
pelajaran tertentu.
7.
Masalah pribadi siswa baik dengan
orang tua, teman maupun dengan lingkungan sekitarnya (Astuti, 2003:34-35).
Menurut Rahmat menerangkan bahwa :
Salah satu faktor yang menyebabkan menurunnya
motivasi para siswa yang menyebabkan para siswa lebih memilih lingkungan di
luar sekolah adalah materi pelajaran dan guru yang menyampaikan materi
pelajaran itu sendiri. Mengenai materi pelajaran sering dikeluhkan oleh para
siswa sebagai hal yang membosankan, terlalu sulit, terlalu banyak bahannya
untuk waktu yang terbatas, dan sebagainya. Akan tetapi lebih utama dari faktor
materi pelajaran, sebenarnya adalah faktor guru.
http://r-doc.blogspot.com/2010/01/faktor-dibalik-menurunnya-motivasi.html
Adapun di dalam situs:http://blog.persimpangan.com/,
bahwa “Materi pembelajaran dapat diukur
dengan menerapkan pratest dan pengidentifikasian sasaran peserta didik.
Terkadang hal ini tidak diperhatikan tutor/guru sehingga materi yang diajarkan
terlalu sulit/mudah. Bagi peserta didik orang dewasa, mereka tentu sangat bosan
dengan materi yang terlampau mudah dan sangat frustasi dengan materi yang
terlampau sulit. Keduanya mempengaruhi motivasi belajar peserta didik ketingkat
terendah”.