Daftar Blog Saya

Rabu, 18 Maret 2015

MOTIVASI
1.   Pengertian Motivasi Belajar
Untuk memahami tentang motivasi belajar, maka disini akan dikemukakan terlebih dahulu pengetian dari motivasi dan belajar.
a.      Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari kata “motif”. Kata “motif” diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya pengerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Motif menjadi aktif pada saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak (Sardiman A.M, 2000:71).
Marques yang dikutif oleh Mustakim dan Abdul Wahab (1991:72) memberikan definisi motif adalah “suatu tujuan jiwa yang mendorong individu untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu dan untuk tujuan-tujuan tertentu terhadap situasi di sekitarnya”.
Melihat dari pendapat di atas, maka terlihat ada persamaan yang jelas menunjukan pada maksud yang sama, bahwa motif itu merupakan pendorong untuk melakukan sesuatu perbuatan atau aktifitas tertentu. Dengan demikian motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif, yang dapat menyebabkan seseorang terdorong untuk bertindak dan besikap dalam kondisi tertentu.
Untuk mendapatkan pengertian yang lebih jelas lagi, baiklah kita lihat definisi yang dikemukakan oleh para ahli:
Rahman Natawijaya (1978:46) memberikan pengertian motivasi sebagai berikut “Motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif menjadi perbuatan atau tingkah laku yang mengatur tingkah laku atau perbuatan untuk memuaskan kebutuhan atau pencapaian tujuan”.
Pengertian lain dikemukakan oleh Sardiman A.M (2000:73):
“Motivasi dapat dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondis-kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu”.

Kemudian Sardiman A.M juga mengutif pendapat dari Mc. Donald, bahwa “Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling”, dan didahului dengan adanya tanggapan dasar terhadap adanya tujuan”. Sedangkan pendapat Sartain yang dikutif oleh Ngalim Purwanto (1987:70) dalam bukunya Psikologi Pendidikan menggunakan kata motivasi dan drive untuk pengertian yang sama. Ia mengatakan sebagai berikut:
“Pada umumnya suatu motivasi atau dorongan adalah suatu pernyataan yang kompleks dimana suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku pada suatu tujuan (goal) adalah yang menentukan membatasi tingkah laku organisme itu, maka kita gunakan istilah perangsang (incentive).
            Pengertian di atas dapat dikatakan bahwa motivasi itu sebagai suatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan suatu perubahan yang ada pada diri manusia, sehingga akan berhubungan dengan masalah gejala kejiwaan, perasaan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu, semuanya didorong karena adanya tujuan, kebutuhan dan keinginan.
            Motivasi adalah sebagai pendorong/penggerak bagi semua kegiatan manusia penentu arah tujuan, yang menunjang atau menyeleksi pembuatan-pembuatan yang harus dilakukan guna mencapai tujuan serta menghindari dari perbuatan-perbuatan yang tidak berguna.
            Menurut Donald, sebagaimana yang dikutif oleh Oemar Hamalik, (1983:23) bahwa ‘motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.
            Sedangkan Abin Syamsudin Makmun, (2003:37) mengemukakan bahwa motivasi adalah:
            “Suatu kekuatan (power) atau tenaga (forces) atau daya (energi): atau suatu keadaan yang kompleks (a complex state) dan kesiapsediaan (preparatory set) dalam diri individu (organisme) untuk bergerak kearah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak disadari”.

Dari beberapa pengertian diatas, akhirnya dapat dibedakan antara motif dengan motivasi. Motif merupakan suatu dorongan, rangsangan atau pembangkit tenaga bagi terjadinya suatu perbuatan. Sedangkan motivasi menunjuk kepada seluruh proses gerakan termasuk situasi yang mendorong seseorang untuk berbuat dalam mencapai tujuan yang diinginkan.

Menurut Elida Prayitno (1989:8) mendefinisikan:
“Motivasi dalam belajar tidak saja merupakan siatu energi yang menggerakkan siswa untuk belajar, tetapi juga sebagai suatu yang menggerakkan aktivitas siswa kepada tujuan belajar. Motivasi sebagai suatu energi, pengarah dan memperkuat tingkah laku”.

Menurut Mukaram (2000:23) motivasi adalah:
1.      Kekuatan yang mengendalikan dan menggerakkan seseorang untuk melakukan tindakan atau perilaku yang diarahkan pada tujuan tertentu.
2.      Kekuatan yang mengerakkan perilaku, memberi arah pada perilaku, dan mandasari kecenderungan untuk tetap menunjukan perilaku tersebut.
3.      Faktor-faktor yang menyebabkan, mengarahkan, dan perilaku seseorang.
Definisi di atas menyatakan bahwa motivasi merupakan kemauan untuk mengerahkan upaya yang besar kearah pencapaian tujuan, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya untuk memuaskan sejumlah kebutuhan individu.
Menurut Mc. Donald yang dikutip oleh Sardiman A.M (2000:70) motivasi mengandung tiga elemen penting, antara lain:
1.      Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam sistem “neurophysiologikal” yang ada pada organisme manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia), penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.
2.      Motivasi ditandai dengan munculnya rasa (feeling), afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.
3.      Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang/terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan.
Bila dikaitkan dengan pendapat Mc. Donald, motivasi merupakan keseluruhan kegiatan yang menyangkut fisik dan afeksi seseorang untuk mencapai tujuan tertentu yang berawal dari kebutuhan. Analoginya seperti seseorang yang ingin mencapai prestasi belajar, maka dia akan berusaha dengan bekerja keras dalam belajar dan merasa optimis agar tujuan tersebut dapat dicapai.
Akhirnya berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat ditarik definisi secara umum bahwa motivasi adalah keseluruhan daya penggerak yang telah teraplikasi dalam kegiatan fisik dan afeksi (rasa) seseorang yang muncul karena ada kebutuhan untuk mencapai tujuan tertentu yang diinginkannya.
b.      Pengertian Belajar
Setelah kita mengetahui pengertian motivasi, selanjutnya kita kan membahas tentang arti belajar, yang dalam hal ini terdapat keragaman pendapat dari para ahli dalam mendefinisikannya, namun demikian tetap saja ada kesamaan dalam makna belajar itu sendiri, seperti yang dikemukakan oleh Usman Efendi (1985:23) bahwa secara umum dan disingkat “Belajar dapat diartikan sebagai salah satu proses perubahan keseluruhan tingkah laku kognitif, afektif dan motorik secara integritas”.
Menurut Nasution (2000:34) pengertian belajar itu dibagi menjadi dua bagian yaitu:
1.      Belajar adalah perubahan-perubahan dalam sistem urat saraf. Belajar adalah pembentukan “S-R Bond” atau hubungan-hubungan tertentu dalam sistem urat syaraf sebagai hasil renpons-respons terhadap stimulus.
2.      Belajar adalah penambahan pengetahuan.
3.      Belajar adalah perubahan kelakuan berkat pengalaman dan latihan.




Pendapat lain dikemukakan oleh Whiteringthon, sebagaimana yang dikutif oleh M. Surya (1985:23) bahwa:
“Belajar adalah suatu perubahan dalam kepribadian, sebagaimana yang dimanisfetasikan dalam penguasaan-penguasaan pola respon tingkah laku yang beru ternyata dalam perbuatan terjadi perubahan, keterampilan, sikap kebiasaan, kesanggupan ataupun pemahaman”.
Sedangkan menurut Slameto (1985:2) belajar adalah:
“Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.

Dengan demikian pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan dalam tingkah laku yang dimanifestasikan dalam seluruh aspek motoris, kognitif, dan afektif. Dan perubahan yang terjadi itu haruslah bersifat menetap dalam diri individu sebagaimana pendapat Ngalim Purwanto (1985:80) bahwa “ Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagaimana suatu hasil dari latihan atau pengalaman”.
Pada setiap saat dalam kehidupan terjadi suatu proses pembelajaran, disadari atau tiadak disadari proses belajar mengajar ini akan diperoleh hasil, seperti yang dikatakan oleh Sardiman A.M (2000:23):
“Yang dimaksud dengan belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa perubahan pada individu-individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan perubahan ilmu pengetahuan, tetapi juga kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri. Jelasnya menyangkut segala aspek tingkah laku seseorang”.


Menurut Rochman Natawijaya dan Moein Moesa (1992:75) ada beberapa ciri belajar antara lain:
a.       Belajar menyebabkan perubahan pada aspek-aspek kepribadian yang berfungsi terus-menerus. Contohnya, karena belajar anak dapat membaca, dan arena membaca pengetahuan bertambah, karena banyak mengetahui sesuatu anak menjadi percaya pada diri sendiri.
b.      Belajar adalah perbuatan sadar, karena itu peristiwabelajar selalu mempunyai tujuan. Proses belajar di sekolah selalu mempunyai tujuan. Proses belajar di sekolah selalu mempunyai arah secara sadar, umpamanya guru membawa anak-anak belajar dengan tujuan tertentu.
c.       Belajar hanya terjadi melalui pengalaman yang bersifat individual. Belajar hanya terjadi apabila dialami sendiri oleh yang bersangkutan yang tidak digantikan oleh orang lain.
d.      Belajar menghasilkan perubahan yang menyeluruh melibatkan keseluruhan tingkah laku yang mengintegrasikan semua aspek-aspek yang terlibat di dalamnya, baik norma, fakta, sikap, pengetian, kecakapan maupun keterampilan.
e.       Belajar adalah proses interaksi, bukan sekedar proses penyerapan yang berlangsung tanpa usaha yang aktif dari individu yang belajar. Apa yang diajarkan guru belum tentu menyebabkan perubahan, apabila yang terjadi belajar tidak melibatkan diri dalam situasi belajar mengajar. Perubahan akan terjadi apabila yang belajar mengadakan reaksi terhadap situasi yang diciptakan.
f.       Perubahan tingkah laku berlangsung dari yang paling sederhana sampai pada yang komplek. Pengenalan tanda-tanda merupakan tingkah laku sederhana, sedangkan peranan norma merupakan tingkah laku yang komplek

Pendapat di atas merupakan ciri yang membedakan belajar dari kematangan, pertumbuhan atau insting, dalam proses belajar terjadi perubahan yang disengaja, dan tidak terjadi perubahan secara kebetulan, proses belajar yang baik berlangsung secara efektif dibawah bimbingan pendidik, tanpa tekanan dan paksaan, karena belajar pada dasarnya ditujukan oleh adanya perubahan tingkah laku melalui pengalaman pribadi yang tidak disebabkan kematangan, pertumbuhan atau insting.


c.                   Pengertian Motivasi Belajar
Dalam hal belajar motivasi diartikan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa untuk melakukan serangkaian kegiatan belajar guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Astuti, 2003).
Adapun Balnadi Sutadipura (1983:114), mengemukakan bahwa motivasi belajar itu merupakan suatu proses, dimana proses tersebut dapat:
1.      Membimbing anak-anak didik kearah pengalaman-pengalaman, dimana kegiatan belajar itu dapat berlangsung.
2.      Memberikan kepada anak-anak didik kekuatan dan aktivitas serta memberikan kepadanya kewaspadaan yang memadai.
3.      Pada suatu saat mengarahkan perhatian mereka terhadap suatu tujuan.
2.      Tujuan dan Fungsi Motivasi Belajar
Motivasi bertujuan untuk menggerakkan atau mengugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauan untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai sesuatu yang diharapkan.
Ada tiga fungsi motivasi belajar seperti yang diuraikan Sardiman A.M (2000:83) yaitu:
1.        Mendorong siswa untuk berbuat. Jadi sebagai penggerak atau motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2.        Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai, dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dari kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan.
3.        Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Dari pendapat yang dikemukakan di atas, motivasi itu sangat berfungsi bagi perbuatan seseorang, karena motivasi itu mendorong seseorang untuk berbuat atau bertindak. Dalam hal ini motivasi berfungsi sebagai motor penggerak yang memberi kekuatan kepada seseorang untuk melakukan suatu tugas, diantaranya:
1.        Menentukan arah perbuatan yaitu kearah perwujudan suatu tujuan atau cita-cita. Motivasi dapat mencegah dari penyelewengan dari jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan itu.
2.        Menyeleksi perbuatan kita artinya menetukan perbuatan mana yang harus dilakukan, yang serasi guna mencapai tujuan itu dengan menyampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan itu. Seseorang yang betul-betul bertekad menang dalam pertandingan, tak akan mengahabiskan waktunya hanya untuk bermain kartu, sebab tidak serasi dengan tujuan.
Dibalik setiap perbuatan seseorang senantiasa didasari oleh suatu motivasi yang mendorong sehingga ia berperilaku, umpamanya saja ia belajar. Makin tepat motivasi yang diberikan makin memungkinkan keberhasilan belajar akan semakin besar. Motivasi merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual, dalam hal ini berperan untuk pertumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar.
Sugeng Pranoto (1981:7) mengemukakan beberapa fungsi motivasi dalam proses belajar mengajar, yaitu sebagai berikut:
a.       Menyediakan kondisi yang optimal bagi terjadinya belajar.
b.      Menggiatkan kembali semangat belajar siswa.
c.       Menimbulkan/menggugah minat siswa agar mau belajar.
d.      Mengikat perhatian siswa agar mau dan menemukan serta memilih jalan atau tingkah laku yang sesuai untuk mendukung pencapaian tujuan belajar maupun tujuan hidup janngka panjang.
Motivasi itu mendorong tingkah laku dan mempengaruhi serta mengubah tingkah laku. Menurut Oemar Hamalik (2001:108) fungsi motivasi adalah:
a.       Mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan. Tanpa motivasi tidak akan timbul suatu perbuatan (belajar).
b.      Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
c.       Motivasi berfungsi sebgai penggerak, artinya mengerakkan tingkah laku seseorang. Besar kecilnya motivasi akan menentukan capat atau lambatnya suatu pekerjaan.

Sedangkan Nasution (1986:79-80) mengemukakan beberapa fungsi motivasi, antara lain:
a.       Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi.
b.      Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.
c.       Menseleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dijalankan yang serasi guna mancapai tujuan itu dengan mengesampingkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaatbagi tujuan itu.

Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong, penentu arah serta menetukan perbuatan-perbuatan yang harus dijalankan guna pencapaian tujuan yang diinginkan. Yang artinya: “(Bukan demikian), yang benar, barang siapa yang berbuat dosa dan ia telah diliputi oleh dosanya, mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni syurga, mereka kekal di dalamnya”.
            Berdasarkan pada ayat tersebut di atas, maka jelaslah bahwa Islam pun memberikan suatu janji bagi penganut-Nya yang sanggup mencapai derajat tertinggi di sisi Allah SWT dengan imbalan syurga. Juga sebaliknya bagi penganut-Nya yang berbuat dosa maka imbalannya neraka. Janji dan ancaman itulah yang dijadikan motivasi bagi umat Islam untuk selalu menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

3.      Prinsip-prinsip Motivasi Belajar
Sementara E. Mulyana (2002:45) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa prinsip yang dapat diterapkan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, diantaranya:
a.       Siswa akan belajar lebih giat apabila topik yang dipelajari menarik dan berguna bagi dirinya.
b.      Tujuan pembelajaran harus disusun dengan jelas dan diinformasikan kepada siswa sehingga mereka mengetahui tujuan pembelajaran.
c.       Siswa harus selalu diberi tahu tentang hasil belajarnya.
d.      Pemberian pujian dan hadiah lebih baik daripada hukuman, namun sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan.
e.       Memanfaatkan sikap-sikap dan rasa ingin tahu siswa.
f.       Usahakan untuk memperhatikan individual siswa.
g.      Usahakan untuk memenuhi kebutuhan siswa.

Selanjutnya, Oemar Hamalik (2001:67-68) memaparkan beberapa prinsip yang dapat digunakan oleh guru dalam rangka memotivasi siswa agar belajar, antara lain:
a.       Prinsip kebermaknaan; siswa termotivasi untuk mempelajari hal-hal yang bermakna baginya.
b.      Presyarat; siswa lebih suka mempelajari sesuatu yang baru jika ia memiliki pengalaman prasyarat (perkuisit).
c.       Model; siswa lebih suka memperoleh tingkah laku baru bila disajikan dengan suatu model prilaku yang dapat diamati dan ditiru.
d.      Komunikasi terbuka; siswa lebih suka belajar bila penyajian ditata agar pesan-pesan guru terbuka terhadap siswa.
e.       Daya tarik; siswa lebih suka belajar bila perhatiannya tertarik oleh penyajian yang menyenangkan/menarik.
f.       Aktif dalam latihan; siswa lebih senang belajar bila dia dapat berperan aktif dalam latihan/praktek dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran.
g.      Latihan yang terbagi; siswa lebih suka belajar bila latihan-latihan dilaksanakan dalam jangka waktu yang pendek.
h.      Tekanan intruksional; siswa lebih suka belajar bila tekanan/kewajiban dalam pengajaran dimulai dari yang kuat tetapi lambat lambat laun semakin melemah.
i.        Keadaan yang menyenangkan; siswa lebih suka belajar terus bila kondisi-kondisi pembelajaran menyenangkan baginya.
Kenneth H. Hover (Oemar Hamalik, 2001:114) mengemukakan prinsip-prinsip  motivasi belajar sebagai berikut:
a.       Pujian lebih efektif daripada hukuman. Hukuman bersifat menghentikan suatu perbuatan, sedangkan pujian berifat menghargai apa yang telah dilakukan. Karena itu, pujian lebih efekti dalam upaya mendorong motivasi belajar siswa.
b.      Para siswa mempunyai kebutuhan psikologis (yang bersifat dasar) yang perlu mendapat kepuasan. Siswa yang dapat memenuhi kebutuhannya secara efektif melalui kegiatan-kegiatan belajar hanya memerlukan sedikit bantuan dalam motivasi belajar.
c.       Motivasi yang bersumber dari dalam individu lebih efektif daripada motivasi yang berasal dari luar.
d.      Tingkah laku (perbuatan) yang serasi (sesuai dengan keinginan) perlu dilakukan penguatan (reinforcement).
e.       Motivasi mudah menjalar ke orang lain.
f.       Pemahaman yang jelas terhadap tujuan-tujuan akan merangsang motivasi belajar.
g.      Tugas-tugas yang dibebankan oleh diri sendiri akan menimbulkan minat yang lebih besar untuk melaksanakannya daripada tugas-tugas yang dipaksakan dari luar.
h.      Ganjaran yang berasal dari luar kadang-kadang diperlukan dan cukup efektif untuk merangsang minat belajar.
i.        Teknik dan prosedur pembelajaran yang bervariasi adalah efektif untuk merangsang minat siswa.
j.        Minat khusus yang dimiliki oleh siswa bermanfaat dalam belajar dan pembelajaran.
k.      Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk merangsang minat belajar siswa, bagi siswa yang lamban, ternyata tidak bermakna bagi siswa yang pandai, karena adanya perbedaan tingkat kemampuan.
l.        Kecemasan dan frustasi yang lemah kadang-kadang dapat membantu siswa belajar menjadi lebih baik.
m.    Kecemasan yang serius akan menyebabkan kesulitan belajar dan mengganggu perbuatan belajar siswa, karena perhatiannya terarah pada hal lain.
n.      Tugas-tugas yang terlampau sulit dikerjakan dapat menyebabkan frustasi pada siswa, bahkan dapat mengakibatkan demoralisasi dalam belajar, yakni perbuatan yang tidak baik.
o.      Masing-masing siswa memiliki kadar emosi yang berbeda satu dengan yang lainnya.
p.      Pengaruh kelompok umumnya lebih efektif dalam motivasi belajar dibandingakan dengan paksaan orang dewasa.
q.      Motivasi yang kuat erat hubunngannya dengan kreativitas. Dengan strategi pembelajaran tertentu, motivasi belajar dapat ditujukan kearah kegiatan-kegiatan kreatif.
Prinsip-prinsip motivasi belajar tersebut merupakan suatu pedoman bagi guru dalam membelajarkan siswa. Walaupun motivasi intrinsik lebih efektif daripada motivasi ekstrinsik, namun guru dalam hal ini tentu juga harus berusaha menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan sesuai dengan kebutuhan siswa. Karena tidak semua siswa memiliki motivasi yang timbul dari dalam lebih kuat dibandingkan dengan motivasi yang timbul dari pengaruh luar, dimana ada beberapa siswa yang ketika belajar harus diberi stimulus dan penguatan terlebih dahulu.
4.      Macam-Macam Motivasi
Berbicara macam atau jenis motivasi belajar, Sardiman A.M (2000:87-88) menyatakan bahwa dilihat dari sudut asalnya motivasi dibagi menjadi dua yaitu:
a.      Motivasi Intrinsik
Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motivasi atau motif-motif yang menjadi aktif memotivasinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena pada diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh, seseorang membaca, tidak ada yang menyuruh atau mendoronganya, ia sudah rajin mencari buku-buku untuk dibacanya.
Menurut Elida Prayitno (1989:10) berpendapat bahwa:
“Motivasi Intrinsik adalah keinginan bertindak yang disebabkan faktor pendorong dari dalam diri (internal) individu. Tingkah laku terjadi tanpa dipengaruhi oleh faktor-faktor dari lingkungan. Individu bertingkah laku karena mendapatkan energi dan pengaruh tingkah laku yang tidak dapat kita lihat sumbernya dari luar. Atau dengan kata lain individu terdorong untuk bertingkah laku kearah tujuan tertentu tanpa adanya faktor dari luar”.

Sri Hapsari (2005:120) mengungkapkan bahwa “motivasi intrinsik sering juga disebut motivasi murni, motivasi yang sebenarnya, yang timbul dari dalam diri anak sendiri, misalnya keinginan untuk mendapatkan keterampilan tertentu, menyenangi sesuatu, memperoleh informasi dan pengertian”.
Pendapat diatas beranggapan bahwa motivasi intrinsik dalam belajar adalah sebagai bentuk motivasi belajar yang didorong oleh kesadaran dari diri sendiri dengan tujuan secara esensial, bukan sekedar simbol dan sensasional.
Berkenaan dengan motivasi intrinsik, yang memiliki peranan penting adalah siswa itu sendiri dimana siswa dituntut agar dapat menumbuhkan dan mengembangkan motivasi yang ada dalam dirinya.
Perlu diketahui bahwa siswa yang memiliki motivasi intrinsik akan memiliki tujuan. Seperti yang dikemukakan oleh Sardiman A.M (2000:90) bahwa:
“Siswa yang memiliki motivasi intrinsik akan memiliki tujuan, yaitu menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tertentu. Satu-satunya jalan untuk menuju ke tujuan yang ingin dicapai ialah belajar, tanpa belajar tidak mungkin mendapat pengetahuan, tidak mungkin menjadi ahli. Dorongan yang menggerakkan itu bersumber pada suatu kebutuhan, kebutuhan yang berisikan keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan”.

Tujuan juga menentukan seberapa aktif individu akan bertingkah laku. Sebab, selain ditentukan oleh motif dasar, tingkah laku juga ditentukan oleh keadaan dari tujuan. Jadi suatu tujuan dapat menyebabkan timbulnya motivasi.
Persoalan motivasi ini, dapat juga dikaitkan dengan persoalan minat. Menurut Alex Sobur (2003: 246) menjelaskan bawa “Minat berarti kecenderungan atau kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu”. Minat sangat memengaruhi motivasi belajar siswa. Sekalipun siswa itu mampu mempelajari sesuatu, tetapi bila tidak mempunyai minat, ia tidak akan mengikuti proses belajar.
Siswa yang memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar akan menampakkan minat yang besar dan perhatian penuh terhadap tugas-tugas belajar. Mereka memusatkan sebanyak mungkin energi fisik atau psikis terhadap kegiatan tanpa mengenal perasaan bosan atau menyerah. Siswa dengan motivasi yang rendah menampakkan keengganan, cepat bosan dan berusaha untuk menghindari dari kegiatan belajar (Ellida, 1989:10).
Semakin jelas bahwa suatu kegiatan akan berjalan dengan lancar apabila ada minat, atau motivasi itu akan bangkit jika ada minat yang besar pada diri siswa tersebut.
b.      Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan fungsinya karena ada perangsang dari luar, sebagai contoh, misalkan di sekolah seorang siswa giat belajar karena ia mendapatkan dorongan dan dukungan dari gurunya.
Kekuatan-kekuatan yang mendorong  seseorang untuk melakukan sesuatu pada dasarnya dirangsang oleh adanya berbagai macam kebutuhan dan atau keinginan yang hendak dipenuhi, seperti kebutuhan mempelajari suatu materi pelajaran.
Motivasi menentukan tingkat berhasil atau kegagalan perbuatan belajar siswa. Untuk itu, salah satu yang mempengaruhi keberhasilan belajar yaitu lingkungan keluarga. Menurut M. Mursyid dalam situs http://m.mursyid/pw's/blog.htm, menyatakan bahwa :
“Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan lingkungan pertama dan utama dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang. Suasana lingkungan rumah yang tenang dan damai dan adanya perhatian orang tua terhadap perkembangan belajar anak-anaknya akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa”.

Dengan demikian dapatlah dikatakan, bahwa faktor yang dapat mempengaruhi keadaan motivasi seseorang adalah terdapat dilingkungan dimana individu tersebut berinteraksi di dalam kegiatan belajar, motivasi ekstrinsik ini merupakan suatu bentuk motivasi, yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dengan diterapkan berdasarkan dorongan, dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.
Selanjutnya sardiman A.M (2000:90) menjelaskan bahwa:
“Di dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik, sangat diperlukan bagi para pelajar yang dapat membangkitkan dan mengembangkan aktivitas dan inisiatif tanpa mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar”.

Raymond dan Judith (2004:24)  mengungkapkan pengaruh utama dalam motivasi belajar seorang anak yaitu
1.      Keluarga. Orang tua memberi pengaruh utama dalam memotivasi belajar seorang anak. Pengaruh mereka terhadap perkembangan motivasi belajar anak-anak memeberi pengaruh yang sangat kuat dalam setiap perkembangannya dan akan terus berlanjut sampai habis masa SMA dan sesudahnya.
2.      Sekolah. Ketika sampai pada motivasi belajar, para gurulah yang membuat sebuah perbedaan. Dalam banyak hal mereka tidak sekuat seperti orang tua. Tetapi mereka bisa membuat kehidupan sekolah mnjadi menyenangkan atau menarik. Dan kita bisa mengingat seorang guru yang memenuhi ruang kelas dengan kegembiraan dan harapan serta membukakan pintu-pintu kita untuk menemukan pengetahuan yang mengagumkan.

Faktor lain yang mempengaruhi motivasi belajar, yaitu faktor teman bargaul. Menurut Rahmat, bahwa Lingkungan antar teman pun besar pengaruhnya. Apa yang dikatakan guru tidak lagi menjadi satu-satunya ukuran meskipun guru itu disegani. Ajakan-ajakan dari teman itu lebih berpengaruh. Tidak sedikit para siswa yang melakukan perbuatan asusila, seperti halnya merokok, minuman keras, hingga narkoba”.
Belajar mempunyai arti bukan hanya berlangsung di dalam ruangan tertentu (kelas) dan pada saat tertentu pula, melainkan harus berlangsung terus di luar tempat yang formal, misalnya berlanjut dilingkungan keluarga dan masyarakat. Dalam hal ini maka peranan keluarga menjadi penting. Menurut Sri Hapsari (2005:104) bahwa keluarga atau orang tua khususnya harus mampu mempertahankan atau bahkan memotivasi belajar anak, dengan cara:
1.      Orang tua harus mampu menciptakan situasi dan kondisi belajar di rumah pada waktu-waktu belajar yang telah ditentukan.
2.      Peserta didik tidak terlalu dibebani oleh hal-hal atau tugas-tugas yang justru menimbulkan keletihan jasmani atau hilangnya minat belajar.
3.      Orang tua harus selalu memperhatikan anaknya dalam arti luas seperti kondisi fisik, hubungan dengan saudara atau teman sebaya, dan lingkungan disekitar tempat tinggal.

Selain faktor-faktor di atas, seorang guru berperan untuk senantiasa menimbulkan, memelihara, dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Dalam hubungan ini, guru mempunyai peranan sebagai motivator keseluruhan kegiatan belajar siswa. Berkenaan dengan hal tersebut M. Surya (2004:54) mengemukakan bahwa sebagai motivator belajar guru harus mampu untuk:
1.      Membangkitkan dorongan siswa untuk belajar.
2.      Menjelaskan secara kongkrit kepada siswa apa yang dapat dilakukan pada akhir pengajaran.
3.      Memberikan ganjaran untuk prestasi yang dicapai dikemudian hari.
4.      Membuat regulasi (aturan) perilaku siswa.
Membangkitkan motivasi siswa bukanlah sesuatu masalah yang mudah, karena itu selain orang tua, seorang guru pun haruslah bersikap hati-hati dalam menumbuhkan dan memberikan motivasi bagi para siswanya, untuk itu seorang guru harus mengenali dan memahami murid-muridnya.
Dalam upaya membangkitkan motivasi siswa guru memiliki peranan yang sangat strategis. Betapa tidak, guru merupakan insan-insan pendidikan yang paling dekat dengan siswa. Keberadaan guru tidak dapat dipisahkan dari sebuah proses pendidikan. Kehadiran sosok seorang guru dengan segala karakteristik kepribadiannya berpengaruh terhadap peningkatan motivasi belajar.
Terdapat hubungan antara kepribadian guru dengan siswa, dimana siswa seringakali menjadikan kepribadian pada diri guru sebagai model yang mereka ikuti, karena itu guru tidak saja dapat berperan sebagai pendidik, tetapi juga ia mampu berperan sebagai pengganti orang tua siswa. Guru juga dalam upaya menumbuhkan motivasi pada diri siswa hendaknya dapat melakukan suatu proses pendidikan yang didasarkan oleh rasa kasih sayang dan optimisme.
Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah, seperti yang dikemukakan oleh Sardiman A.M (2000:90) yaitu:
“Memberikan angka hadiah, saingan/kompetisi, egoinvolment, memberikan ulangan, mengetahui ulangan, pujian, hukuman, hasrat untuk belajar, minat kerjasama, suasana yang menyenangkan, tujuan yang diakui, merupakan bentuk-bentuk motivasi yang dapat meningkatkan motivasi belajar para siswa”.

Demikian bentuk-bentuk motivasi disekolah yang dapat menumbuhkan motivasi siswa dalam kegiatan-kegiatan di sekolah, walaupun dalam kegiatan itu, perlu diketahui cara dan jenis menumbuhkan motivasi ada bermacam-macam. Tetapi untuk motivasi ekstrinsik, kadang-kadang bisa kurang sesuai. Dalam hal ini guru harus berhati-hati dalam menumbuhkan dan memberi motivasi bagi kegiatan para siswa. Sebab mungkin maksudnya memberi motivasi, tetapi justru tidak menguntungkan bagi perkembangan belajar siswa.
Disamping bentuk-bentuk motivasi sebagaimana yang telah diuraikan di atas, sudah tentu masih banyak lagi bentuk dan cara yang dapat dimanfaatkan. Hanya yang penting bagi guru dengan adanya bermacam-macam motivasi itu dapat dikembangkan dan diarahkan untuk dapat melahirkan hasil belajar yang bermakna. Mungkin pada mulanya karena ada sesuatu (bentuk motivasi) siswa itu rajin belajar, tetapi disini guru harus mampu melanjutkan dari tahap rajin belajar itu bisa diarahkan menjadi kegiatan yang bermakna, sehingga hasilnya pun akan bermakna bagi kehidupan siswa, untuk itu kerjasama antara guru dan siswa sangat diperlukan.
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran motivasi belajar siswa dapat dikatakan sebagai suatu yang penting, tetapi juga merupakan sesuatu yang sulit. Motivasi dikatakan sebagai sesuatu yang penting karena peran seorang guru terhadap siswanya. Guru mau tidak mau dituntut dapat memberi dan mengarahkan serta membina pengetahuan, keterampilan dan sikap siswa yang positif kearah kemajuan. Sedangkan dikatakan sebagai sesuatu yang sulit karena motivasi sendiri tidak bisa diamati dan diukur secara pasti. Untuk mengukur motivasi berarti harus mengkaji lebih jauh perilaku masing-masing siswa. Dengan demikian kita dapat mengetahui motivasi seseorang dari tingkah laku yang diperankannya, walaupun pada hakekatnya tidak semudah apa yang kita harapakan, mengingat banyak faktor yang melatarbelakangi mengapa seseorang berbuat sesuatu.
Menurut Halimah (1997:34) seseorang pendidik dalam melaksanakan kegiatan mengajar, hendaknya melihat beberapa faktor berikut:
1.      Pendidik sebagai sumber pengalaman tingkah laku sekaligus sebagai objek perhatian siswa harus:
a.       Mengetahui kewibawaan dan kepribadian yang kuat dan menarik.
b.      Menunujukan minat yang besar terhadap isi pelajaran yang disampaikan yang mampu memilih perangkat belajar atau menciptakan situasi belajar yang mampu membangkitkan motif belajar.
2.      Siswa adalah individu yang akan mengalami tingkah laku tertentu dan sekaligus subjek yang memperhatikan. Maka pendidik perlu mengenal jenis dan tingkat kebutuhan bagi usaha memotivasinya, seperti:
a.       Motif belajar siswa
b.      Minat belajar yang tumbuh pada diri siswa
c.       Insentif yang perlu diberikan kepada siswa, serta
d.      Motif-motif lain yang ada pada diri siswa seperti motif ingin rasa aman, ingin kasih sayang, dan seterusnya.

Makin jelaslah bahwa seorang guru harus dapat memainkan peran yang tepat, guna mencapai tujuan pendidikan. Disini gurupun harus senantiasa memiliki motivasi yang kuat, sehingga dapat membantu proses perkembangan siswa.
Dalam melaksanakan pembelajaran sering kali dijumpai tidak adanya motivasi internal pada diri siswa, maka peranan guru atau pendidik dalam menimbulkan motivasi eksternal menjadi sangat penting.
Seperti yang telah dikemukakan di atas guru memegang peran yang amat sentral dalam keseluruhan proses belajar mengajar. Guru dituntut harus mampu mewujudkan perilaku mengajar secara tepat agar menjadi perilaku belajar yang efektif dalam diri siswa, di samping itu, guru dituntut pula untuk mampu menciptakan situasi belajar-mengajar yang kondusif, sehingga siswa termotivasi untuk belajar. Dalam hal ini, guru memegang peranan yang amat penting dalam menciptakan suasana belajar-mengajar yang sebaik-baiknya.
Sedangkan faktor dari luar diri siswa yang dapat mempengaruhi motivasi belajar adalah faktor metode pembelajaran. Selain siswa, unsur terpenting yang ada dalam kegiatan pembelajaran adalah guru. Guru sebagai pengajar yang memberikan ilmu pengetahuan sekaligus pendidik yang mengajarkan nilai-nilai, akhlak, moral maupun sosial dan untuk menjalankan peran tersebut seorang guru dituntut untuk memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas yang nantinya akan diajarkan kepada siswa. Seorang guru dalam menyampaikan materi perlu memilih metode mana yang sesuai dengan keadaan kelas atau siswa sehingga siswa merasa tertarik untuk mengikuti pelajaran yang diajarkan. Dengan variasi metode dapat meningkatkan kegiatan belajar siswa (Slameto,2003:96).
Sarana belajar juga dianggap sebagai salah satu prasyarat motivasi belajar, meskipun bukan menjadi suatu ukuran mutlak untuk perwujudan peningkatan motivasi belajar. Tentu saja, sarana fisik dapat berguna bagi peningkatan motivasi belajar, apabila dimanfaatkan secara efektif (http://episentrum.com/artikel-psikologi).
Motivasi belajar dapat mempengaruhi kelancaran proses belajar mengajar. Adapun faktor kelas yang merupakan tempat belajar mempunyai pengaruh penting terhadap berhasil tidaknya proses belajar. Abdul Majid (2008:167-168), menyatakan bahwa:
a.       Ruang tempat belajar yang memungkinkan semua siswa bergerak leluasa tidak berdesak-desakan dan tidak saling mengganggu antar siswa yang satu dengan yang lainnya akan mempengaruhi kelancaran proses belajar mengajar.
b.      Pengaturan tempat duduk akan mempengaruhi kelancaran proses belajar mengajar.
c.       Suhu, ventilasi dan penerangan (kendati pun guru sulit mengatur karena sudah ada) adalah aset penting untuk terciptanya suasana belajar yang nyaman. Oleh karena itu ventilasi harus cukup menjamin kesehatan sisiwa.

Motivasi belajar mempengaruhi proses dan hasil belajar. Dengan demikian, menurut Alisuf Sabri (2003:59-60) bahwa, “faktor instrumental ini terdiri dari gedung/sarana fisik kelas, sarana/alat pengajaran, media pengajaran, guru dan kurikulum/materi pelajaran serta strategi belajar mengajar yang digunakan akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa”.
5.      Teknik Membangkitkan Motivasi  Belajar
Demikian pentingnya motivasi belajar, menurut Crow & Crow yang dikutif oleh Tabrani Rusyan (1992:121) ternyata aktivitas belajar itu harus diberi motivasi dengan berbagai cara sehingga motivasi yang dipentingkan dalam belajar itu dibangun dan didorong oleh motivasi yang telah ada pada diri anak. Karena itulah diharapkan guru ataupun orang tua dapat membangkitkan motivasi belajar dalam diri siswa atau putra-putrinya. Dalam perwujudannya menurut Gagne dan Berkner (Slameto, 1987:179) upaya meningkatkan motivasi belajar itu meliputi:
a.       Menggunakan pujian verbal, yaitu suatu pujian yang diungkapkan dengan kata-kata dan diucapkan segera setelah siswa melakukan tingkah laku yang diinginkan. Contohnya, apabila siswa yang sukses atau berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, perlu diberikan pujian. Misalnya dengan kata-kata “baik”, “bagus” dan sebagainya.
b.      Menggunakan tes dan nilai secara bijaksana. Tes dan nilai ini diberikan dengan tujuan untuk memberikan informasi mengenai penguasaan dan kemajuan yang telah dicapai oleh siswa tersebut.
c.       Membangkitkan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu masalah, sehingga terdapat motivasi pada siswa untuk memecahkan masalah tersebut.
d.      Merangsang hasrat siswa dengan jalan memberikan hadiah apabila ia berusaha menjawab pertanyaan dengan benar.
e.       Memperkecil konsekuensi-konsekuensi yang tidak menyenangkan keterlibatan siswa, contohnya hindari menyuruh siswa mempelajari materi yang terlalu sulit bagi tingkat kemampuannya.
f.       Menggunakan simulasi dan permainan.
g.      Melibatkan siswa dalam menyusun kegiatan yang positif. Contohnya, menyuruh salah seorang siswa untuk mengikuti perlombaan karya ilmiah, pameran dan lain-lain sehingga teman-teman yang lain berusaha mencontohnya.

Adapun menurut Astuti (2003:75-76) bahwa ada beberapa usaha yang dilakukan oleh orang tua untuk meningkatkan motivasi belajar, diantaranya:
a.       Mengontrol perkembangan belajar anak. Orang tua perlu menyediakan waktu untuk mengontrol kegiatan anak.
b.      Mengungkap harapan-harapan yang realistis terhadap anak
c.       Menanamkan pemahaman agama yang baik khususnya yang terkait dengan motivasi
d.      Melatih anak untuk memecahkan masalahnya sendiri, orang tua melakukan pembimbingan seperlunya
e.       Tanyakanlah keinginan dan cita-cita mereka. Berikan dukungan terhadap keingginan dan cita-cita mereka. Arahkan mereka untuk meraih cita-cita itu dengan benar.
f.       Menggunakan hasil evaluasi yang diberikan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar selanjutnya.

Selanjutnya Dede Mas’udah dan Saruri (1990: 141) mengemukakan beberapa upaya meningkatkan motivasi belajar sebagai berikut:
a.       Menyadarkan siswa akan ada suatu kebutuhan yang mendesak.
b.      Mengingatkan kembali kepada siswa tentang keberhasilan-keberhasilan dan kegagalan-kegagalannya dimasa lampau.
c.       Mengingatkan siswa keberuntungan yang akan diperoleh apabila melakukan sesuatu, dan sebaliknya kegagalan yang akan dihadapi apabila sesuatu itu tidak dilakukannya.
d.      Memberikan kesempatan dan fasilitas yang diperlukan individu dalam meraih kesuksesannya, sehingga menimbulkan rasa puas.
e.       Membangkitkan rasa percaya diri bahwa ia mampu untuk melakukan apa yang mesti diperbuat.
f.       Memberikan bantuan seperlunya apa yang dibutuhkannya dengan tidak berlebihan dalam pelaksanaan tugas.
g.      Mengupayakan agar siswa terhindar dari rasa cemas dan frustasi.

6.      Faktor-Faktor Penyebab Kurangnya Motivasi Belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar menurut Hamzah Uno (2007:23), yaitu:
Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan, berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik.

Adapun di dalam situs http://sekolah.blogspot.com, penyebab kurangnya motivasi belajar siswa, antara lain:
a.       Faktor-faktor internal (faktor-faktor yang berada pada diri murid itu sendiri), antara lain:
1        Gangguan secara fisik, seperti kurang berfungsinya organ-organ perasaan, alat bicara, gangguan panca indera, cacat tubuh, serta penyakit menahun.
2        Ketidakseimbangan mental (adanya gangguan dalam fungsi mental), seperti menampakkan kurangnya kemampuan mental, taraf kecerdasan cenderung kurang.
3        Kelemahan emosional, seperti merasa tidak aman, kurang bisa menyusuaikan diri (maladjusment), tercekam rasa takut, benci dan antipati, serta ketidak matangan emosi.
4        Kelemahan yang disebabkan oleh kebiasaan dan sikap yang salah, sperti kurang perhatian dan minat terhadap pelajaran sekolah malas dalam belajar, dansering bolos atau tidak mengikuti pelajaran.
b.      Faktor-faktor eksternal (faktor-faktor yang timbul dari luar diri individu), yaitu berasal dari:
1. Sekolah, antara lain:
· Sifat kurikulum yang kurang fleksibel
· Terlalu berat beban belajar (murid) dan untuk mengajar (guru)
· Metode mengajar yang kurang memadai
· Kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan belajar.
2. Keluarga (rumah), antara lain:
· Keluarga tidak utuh atau kurang harmonis
· Sikap orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan anaknya
· Keadaan ekonomi.

Selain itu, faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya motivasi belajar siswa diantaranya  adalah sebagai berikut:
1.      Metode mengajar guru. Metode dan cara-cara mengajar guru yang monoton dan  tidak menyenangkan akan mempengaruhi motivasi belajar siswa.
2.      Tujuan kurikulum dan pengajaran yang tidak jelas.
3.      Tidak adanya relevansi kurikulum dengan kebutuhan dan minat siswa.
4.      Latar belakang ekonomi dan social budaya siswa: Sebagian besar siswa yang berekonomi lemah tidak mempunyai motivasi yang kuat untuk belajar dan melanjutkan pendidikan  ke jenjang yang lebih tinggi. Contohnya siswa yang berasal dari pesisir pantai misalnya lebih memilih langsung bekerja melaut dari pada bersekolah.
5.      Kemajuan teknologi dan informasi. Siswa hanya memanfaatkan produk teknologi dan informasi untuk memuaskan kebutuhan kesenangan saja.
6.      Merasa kurang mampu terhadap mata pelajaran tertentu.
7.      Masalah pribadi siswa baik dengan orang tua, teman maupun dengan lingkungan sekitarnya (Astuti, 2003:34-35).

Menurut Rahmat menerangkan bahwa :

Salah satu faktor yang menyebabkan menurunnya motivasi para siswa yang menyebabkan para siswa lebih memilih lingkungan di luar sekolah adalah materi pelajaran dan guru yang menyampaikan materi pelajaran itu sendiri. Mengenai materi pelajaran sering dikeluhkan oleh para siswa sebagai hal yang membosankan, terlalu sulit, terlalu banyak bahannya untuk waktu yang terbatas, dan sebagainya. Akan tetapi lebih utama dari faktor materi pelajaran, sebenarnya adalah faktor guru.
http://r-doc.blogspot.com/2010/01/faktor-dibalik-menurunnya-motivasi.html


Adapun di dalam situs:http://blog.persimpangan.com/, bahwa “Materi pembelajaran dapat diukur dengan menerapkan pratest dan pengidentifikasian sasaran peserta didik. Terkadang hal ini tidak diperhatikan tutor/guru sehingga materi yang diajarkan terlalu sulit/mudah. Bagi peserta didik orang dewasa, mereka tentu sangat bosan dengan materi yang terlampau mudah dan sangat frustasi dengan materi yang terlampau sulit. Keduanya mempengaruhi motivasi belajar peserta didik ketingkat terendah”.